2 Raja-Raja 6 : 28-29
Kemudian bertanyalah raja kepadanya: "Ada apa?" Jawab perempuan itu: "Perempuan ini berkata kepadaku: Berilah anakmu laki-laki, supaya kita makan dia pada hari ini, dan besok akan kita makan anakku laki-laki.
Jadi kami memasak anakku dan memakan dia. Tetapi ketika aku berkata kepadanya pada hari berikutnya: Berilah anakmu, supaya kita makan dia, maka perempuan ini menyembunyikan anaknya."
Ketika kita didalam keadaan terhimpit, versi diri yg seperti apakah yg akan muncul?
Warga Samaria yg kelaparan krn pengepungan raja Aram ada yg akhirnya memakan anaknya sendiri (yg dibunuh lalu dimasak).
Membayangkannya saja sudah ngilu banget. Kadang kalo liat film2 survival yg akhirnya makan sesama manusia utk bertahan hidup, suka berpikir sendiri, apakah saya juga akan seperti itu?
Kami (saya & adik perempuan saya) kadang randomly suka bahas ini kalo pas nonton. Gimana kalo kejadiannya sama kita? Dan kami punya jawaban yg sama. Mending mati aja daripada makan sesama manusia (ada yg bilang daging manusia itu “nagih” jadi kek after that –misal selamat dari masa sulit tersebut- bisa aja bakal timbul keinginan utk makan lagi….hiy….serem).
Apapun keadaan hidup yg saya alami, biarlah saya g kehilangan identitas saya sbg anak Tuhan. Jadi acuannya harus tetap apa yg saya bikin ini berkenan di hati Tuhan atau tidak?
Amsal 6 : 30
Apakah seorang pencuri tidak akan dihina, apabila ia mencuri
untuk memuaskan nafsunya karena lapar?
Pencuri bersalah karena mencuri. Tapi ia berdalih melakukannya karena lapar. Tapi alasan itu tidak serta-merta membenarkannya dari kesalahan yg dibuatnya karena mencuri.
Sama aja kayak orang yg selingkuh karena katanya tidak mendapat perhatian pasangan, merasa kecewa dg pasangan. Sedangkan bersama selingkuhannya ia merasa mendapat hal yg tidak diperolehnya dari pasangan resminya (istri/ suami). Hal itu tidak serta-merta jadi membenarkan perselingkuhannya.
Sayangnya akhir2 ini saya merasa dunia mulai menormalisasi kesalahan2 dg dalih kasian/ kemanusiaan. Film-film juga dibuat utk membuat orang merasa empati kepada villain-nya (contoh : Maleficent, Joker, dll). Yg akhirnya membuat orang swift persepsi menjadi toleransi tinggi sama kesalahan atau bahkan akhirnya jadi ignorant. Udah gak peduli lagi itu salah apa bener.
Biarlah patokan kita tetap kebenaran firman Tuhan supaya se-abu-abu apapun iblis berupaya mengaburkan nilai-nilai kebenaran, kita tetap punya pegangan yg pasti, yaitu firman Tuhan.