Terima kasih Tuhan, cara-Mu mendidikku selalu istimewa.....
Contains my writings, drawings, photography. All things that capture my feelings at the time equally.
Minggu, 06 Juni 2021
Mengucap Syukur
Tuhan selalu punya cara bagi saya untuk mengerti bagaimana mengucap syukur untuk apa yang saya terima. Membuat saya untuk tidak fokus pada hal-hal yang belum saya dapatkan atau terima, tapi berfokus untuk menyadari apa yang sudah saya terima/punya, dan mengucap ayukur untuk itu.
Kamis, 03 Juni 2021
Iman seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego
Daniel 3:17-18 (TB)
Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;
tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
Ayat di atas sangat menohok hati saya ketika membacanya. Bagaimana tidak? Sadrakh, Mesakh, dan Abednego sedang diperhadapkan pada urusan hidup dan mati mereka. Mereka sedang bagus-bagusnya dalam karir. Punya jabatan yang bagus, dan sekarang malah terancam kehilangan nyawa karena prinsip iman mereka. Kalau mereka mau ambil gampangnya, mereka bisa saja sujud menyembah patung yang dibangun oleh Nebukadnezar, sambil berkata dalam hati, 'ah Tuhan tahu kok ini hanya formalitas saja. Kami tetap berimannya kepada Tuhan, bukan kepada patung ini'. Tapi sekalipun tidak ada terlintas dalam benak mereka untuk berbuat demikian. Mereka tetap "kekeuh" untuk tidak menyembah patung dan setia kepada Allah. Yang lebih takjub lagi adalah perkataan di ayat 18, yaitu sekalipun Allah tidak datang dengan pertolongan-Nya yang bisa berakibat mereka kehilangan nyawanya, mereka tetap tidak mengubah prinsip iman mereka.
Bagaimana kalau ini diperhadapkan kepada kita? Apakah kita akan tetap setia seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego? Ataukah kita hanya akan mengikut Tuhan saat Ia memenuhi segala permintaan kita? Saat Ia melakukan mujizat dalam hidup kita? Saat Ia mengiyakan setiap doa permohonan kita?
Lalu apakah dengan gercep-nya kita akan meninggalkan Ia saat Ia tidak menjawab doa kita, atau berkata tidak untuk apa yang kita minta? Apakah cinta kita kepada-Nya hanya sebatas kita merasa Ia sebagai pemenuh kebutuhan kita? Ataukah sudah jadi cinta yang "no matter what" seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego?
Saya pun masih terus belajar untuk cinta "no matter what" Ini. Pembacaan alkitab hari ini kembali mengingatkan saya untuk belajar lagi dan lagi untuk terus mempertahankan cinta "no matter what" ini.
Yuk kita belajar dan berusaha bersama-sama.
Karena cinta Tuhan itu "always" tanpa tanggal kadaluarsa ke kita.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Dear journal………. Sometimes, I really don’t know the essence of making a relationship. Everything just seems to be more complicated than I th...
-
(tulisan ini tidak mengajak anda membenarkan sebuah kebohongan - karena bagi saya setiap perbuatan salah ada konsekuensinya. Bila sia...
-
Jadi.....perkenalanku dengan kombucha berawal dari Pak Bos yang suka pesan minuman ini. Beliau berlangganan di Heal! Kombucha . Jadilah ku...